- PENDAHULUAN
Seni Tradisional Bantengan adalah seni
pertunjukan budaya tradisi yang menggabungkan unsur sendra tari, kanuragan,
musik, dan syair/mantra yang sangat kental dengan nuansa magis.
Pertunjukan akan semakin menarik apabila telah masuk tahap trans, dimana pemain Bantengan mengalami kesurupan arwah leluhur Banteng (Dhanyangan). Seni tradisional Bantengan Mojokerto mengadopsi gerakan pencak silat.Bantengan memiliki makna simbolik sebagai penggambaran perlawanan penduduk pribumi yang diwujudkan dalam banteng, terhadap penjajah yang diwujudkan dalam bentuk macanan. Seni bantengan juga mengandung nilai moral bahwa kesenian ini bersifat komunal, artinya melibatkan banyak orang didalam setiap pertunjukannya. Kebudayaan ini membentuk perilaku masyarakat yang menggelutinya untuk selalu hidup dalam keguyuban, kekeluargaan, gotong royong, dan kesederhanaan.
Pertunjukan akan semakin menarik apabila telah masuk tahap trans, dimana pemain Bantengan mengalami kesurupan arwah leluhur Banteng (Dhanyangan). Seni tradisional Bantengan Mojokerto mengadopsi gerakan pencak silat.Bantengan memiliki makna simbolik sebagai penggambaran perlawanan penduduk pribumi yang diwujudkan dalam banteng, terhadap penjajah yang diwujudkan dalam bentuk macanan. Seni bantengan juga mengandung nilai moral bahwa kesenian ini bersifat komunal, artinya melibatkan banyak orang didalam setiap pertunjukannya. Kebudayaan ini membentuk perilaku masyarakat yang menggelutinya untuk selalu hidup dalam keguyuban, kekeluargaan, gotong royong, dan kesederhanaan.
Kesenian
Bantengan di Desa Claket Kecamatan Pacet Kabupaten Mojokerto sudah ada sejak pemerintahan
kolonial belanda, seni ini menggabungkan antara seni
silat dan seni musik gamelan yang berpadu dengan kisah simbolik heroisme
perjuangan masa kolonial yang dibumbui dengan kondisi trance ataukesurupan
seperti umumnya beberapa kesenian sejenis yang ada di tanah Jawa. Secarasimbolik
memakai gambaran hegemoni singadan perlawan Banteng kemudian kesenian inilebih
dikenal dengan sebutan KesenianBantengan. Belum jelas kapan dan
darimana kesenian ini mulai muncul namun sejak awal Bantengan memang dimunculkan sebagai kamuflase
dari kegiatan pencak silat yang dilarang keras diadakan pada masapemerintahan
kolonial Belanda. Setiap kelompok Bantengan pada masa itumerupakan perguruan
silat. Pada masa kemerdekaan kesenian Bantengan tidak lagi berfungsi sebagai mana
awalnya namun sudah total menjadi sebuah bentuk kesenian yang mandiri. Karena
perubahan zaman dan situasi serta masuknya beberapa anggota baru yang membawa
beberapa ide segar dari luar membuat bantengan Pacet berkembang dan berevolusi
mengikuti perkembangan eranya.Hal lain yang menjadi pertimbangan adalah
audience penonton, dari situlah Sinden,Gumingan, Gunungan Duri Salak,
topengandan Macanan masuk menjadi bagian dari Seni Bantengan. Dalam aksi
teatrikal setiap kelompok kesenian Bantengan
mempunyai perbedaan dan ciri khas masing-masing namun secara garis besar
pertunjukan kesenian Bantengan ini selalu dibuka dengan atraksi-atraksi pencak
silat sebagai seni dasar terbentukya kesenian Bantengan. Pencak dilakukan
dengan kembangan tunggal maupun berpasangan. Aksi Gunungan Duri
Salak ditampilkan dengan mengedepankan sisi kebudayaan. Inti dari
pertunjukan ini dimulaisaat aksi topengan ditampilkan, topengan lebihkental
unsur humorisnya karena bertujuanuntuk menarik minat dari audience. Disusul
dengan dimainkannya atraksi Gumingan,sosok Gumingan lebih mengarah ke sisi
antagonis yang diwujudkan dengan perawakan seram. Gumingan menjadi simbol atau
perwujudan dari gangguan dan tantangan yangmuncul dalam kehidupan. Puncak dalam
pertunjukan Kesenian Bantengan adalah pada saat
sosok Banteng muncul
melawan Macan.Aksi ini menjadi puncak acara karena
tingkat kesulitan dan ketegangannya berbeda dengan aksi-aksi sebelumya dan
salah satu yang menjadi ciri khas dari aksi ini adalah banyaknya para pemain
yang berada dalam kondisi trance atau kesurupan. Unsur yangmenjadi daya tarik
dalam atraksi ini adalah proses trance atau kesurupan yang terjadi pada setiap
pemain untuk bisa menjiwai setiap karakter hewan yang diperankannya baik
itumenjadi Banteng, Macan maupun kera. Dalam keadaan trance atau kesurupan para
pemain dipandu oleh seorang pawang yang ahli dalam bidang ini. Proses trance ini
sendiri tidak berbeda jauh dengan kesenian-kesenian daerah lain yang
menggunakan unsur serupa seperti jaranan misalnya. Secara estetik keduanya
mempunyai tujuan yang berbeda terlepas dari pro atau
tidaknya unsur trance masuk kedalam ranah seni.
Kesenian Bantengan sempat mengalami era
keemasan pada era orde lama namun kesenian ini surut perkembangannya pada masa
orde baru karena sering diidentikkan
dengan partai politik tertentu.Pelaku kesenian Bantengan ini tidak patah arang,
berbagai macam cara dilakukan unuk melestarikan kesenian ini.Pada era reformasi
barulah eksistensi mereka mulai nampak seiring dengan adanya kebebasan
berekspresi, hal ini terbukti dengan semakin seringnya Kesenian Bantengan ini
ditampilkan dalam berbagai acara seperti iring-iringan pernikahan, ruwat desa,
karnaval daerah, pelantikan kepala desa, festival bulan purnama, pawai
budaya HUT Jawa timur ke-67 di kantor Gubernuran Surabaya, APEKSIse-kota
wilayah Indonesia timur di Mojokerto,dan festival grebek suro dalam
rangkamemperingati haul Syekh Jumadil Kubro dimakam Tralaya di Trowulan maupun
festival-festival kesenian lainnya. Menyadari pentingnya kesenian sebagai
khasanah budaya bangsa yang harus dilestarikan karena nantinya akan menjadi
warisan bagi anak cucu karena mereka juga berhak tahu bahwa
nenek moyangnya merupakan bangsa yang kreatif,berbudaya dan peduli akan
kelestarianbudayanya. Seni Bantengan memiliki gerak yang sederhana serta
merupakan hasil manusia yang mengungkapkan ekspresi lewat
gerak suara atau bunyi-bunyian.
Masyarakat Desa Claket
lebih mengenal Bantengan sebagai taritradisi dan hasil karya seni warisan dari
nenek moyang yang menjadi seni tradisi asli Desa Claket yang telah
dijadikan salah satu kesenian tradisi Kabupaten Mojokerto. Bantengan sebagai hasil
karya seni digambarkan dalam bentuk tari-tarian yang diciptakan oleh
Mbah Siran.
Hingga
sekarang Pemerintah Kabupaten Dinas Pemuda Olahraga,Kebudayaan, dan Pariwisata
Kabupaten Mojokerto terus mengembangkannya sebagai kesenian asli dari Kabupaten
Mojokerto.Dibuktikan dengan terbentuknya FKBM(Forum Komunikasi Banteng
Mojopahit) yang diketuai oleh Bpk. Mulyadi S.Pd, selaku pemilik
sekaligus pimpinan kesenian Bantengan Raja Gumarang Pacet serta mengadakan
festival Bantengan yang memperebutkan piala bergilir Bupati Mojokerto
yang diadakan setiap tahun sesuai dengan persyaratan.
- PEMBAHASAN
v Fungsi Kesenian Bantengan
Perkembangan
kesenian Bantengan yang terjadi di masyarakat Jawa Timurkususnya Claket,
berkembang dimasyarakat pedesaan dan kelompok Pencak silat, sesuai dengan
kepentingan dan fungsinya masing-masing. Sifat- sifat ini yang disebut dengan fungsi
Eksternal dan Internal kebudayaan Bantengan.
- Fungsi Ekternal
Fungsi kesenian Bantengan padamasyarakat
awam atau pada umumnya sebagaibagian dari kesenian daerah atau tontonan kesenian
kebudayaan daerah setempat.Kegiatan ini biasanya dilakukan pada kegiatan-kegiatan
besar daerah atau Negara,antara lain :
1.
Perayaan hari kemerdekaan 17 Agustus.
2.
Untuk mengarak acara panghargian atau selamatan,
yaitu : Selamatan desa, khitan,nikah, panen, tanam tuwuh ( menabur bibit tanaman
), dsb.
3.
Memperingati Ulang Tahun Kota.
- Fungsi Internal
Fungsi
kesenian Bantengan pada masyarakat tertentu, yang memang mengembangkan
kesenian tersebut. Fungsi ini biasanya bersifat biologis spiritual
kesenian budaya
daerah setempat. Kegiatan ini biasanya ada beberapa bagian penting yang
harus dilakukan
kelompok kesenian Bantengan tersebut , yaitu antara lain:
1.
Selamatan kesenian Bantengan pada hari-hari tertentu.
2.
Ritual pembuatan kepala banteng.
3. Ritual pengisian spiritualisasi pada alatkesenian
banteng, khususnya pada kepalabanteng.
4.
Penyempurnaan alat kesenian Bantengan,yang dianggap
sudah tidak bisa digunakan lagiuntuk acara-acara gebyak Bantengan biasanya dilakukan
dengan larungan atau pembakaran,sesuai dengan tata cara daerah setempat.
v Perkembangan Seni Bantengan Desa
Claket
Seni
Bantengan di Claketdiperkirakan sudah ada sejak masa pemerintahan
Kolonial Belanda. Awalnya,kesenian ini
masih dalam bentuk pencak silat yang didirikan untuk menggugah semangat perjuangan
kaum pemuda khusunya daerah Claket dalam melawan penjajah Belanda. Hal ini
dibuktikan dengan adanya dua basis gerilyawan yang terletak di Pacet,
yaitu batalyon “Tjondromowo”dan batalyon“Matjan Putih”.Dengan kemampuan
beladiri, mereka berjuang melawan penjajahan Belanda. Kelompok pencak silat
tersebut didirikan untuk memudahkan dalam mengumpulkan pemuda-pemuda desa,
danagar lebih menarik dan menghibur pencak silattersebut ditambahkan atraksi
seni gerak Bantengan untuk mengelabuhi pemerintah Belanda yang curiga
dengan kelompok perguruan-perguruan silat yang pada saat itu dilarang.
Seni gerak Bantengan tersebut digambarkan dengan perwujudan
Banteng melawan
Singa, dan seiring dengan perkembangan jaman, Singa tersebut
diganti dengan
Macan. Hal ini diperkirakan karena Singa semakin sulit ditemukan di
Jawa. Seni Tradisional
Bantengan, juga merupakan sebuah seni pertunjukan budaya
tradisi yang menggabungkan unsur pencak silat, sendratari, olah kanuragan,
musik, dan syair atau mantra yang sangat kental dengan nuansa
magis. Pelaku Bantengan yakin bahwa permainannya akan semakin
menarik apabila telah masuk tahap“trans”yaitu
tahapan pemain pemegang kepala Bantengan menjadi kesurupan arwah leluhur
Banteng(Dhanyangan). Hal ini tidak aneh,sebab jika tidak maka para pemain
Bantengan tidak dapat
memainkan penjiwaannya dengan baik seperti layaknya hewan perilaku
hewan banteng. Kepala banteng sendiri terbuat daribahan yang berat, sehingga
para pemain akan mengalami sakit kepala jika terlalu lama memainkan
atraksi Banteng.
Pada awalnya
Seni Bantengan adalah unsur
hiburan bagi setiap pemainPencak Silat setiap kali selesai melakukan latihan
rutin. Setiap grup Bantengan minimal mempunyai 2 Bantengan seperti halnya satu pasangan
yaitu Bantengan jantan dan betina.Walaupun berkembang dari kalangan perguruan
Pencak Silat, pada saat ini Seni Bantengan telah berdiri sendiri sebagai bagian
seni tradisi sehingga tidak keseluruhan perguruan Pencak Silat di Indonesia mempunyai
Grup Bantengan dan begitu juga sebaliknya.Perkembangan kesenian Bantengan mayoritas
berada di masyarakat pedesaan atau wilayah pinggiran kota di daerah lereng pegunungan
se-Jawa Timur tepatnya Bromo-Tengger-Semeru, Arjuno-Welirang,Penanggungan
(Pacet), Anjasmoro, Kawi dan Raung-Argopuro. Permainan kesenian Bantengan dimainkan oleh dua orang yang berperan sebagai kaki depan sekaligus pemegang
kepala Bantengan dan pengontrol tari
Bantengan serta kaki belakang yang juga berperan sebagai
ekor Bantengan. Kostum Bantengan
biasanya terbuat dari kain hitamdan topeng yang berbentuk kepala banteng yang terbuat dari kayu serta tanduk asli banteng. Berhubung hewan Banteng terutama Banteng Jawa semakin sulit
ditemukan, maka kepala dan tanduk sekarang lebih banyak digunakan adalah
kayu dan tanduk dari sapidan juga kerbau yang sudah mati.Bantengan ini selalu
diiringi olehsekelompok orang yang memainkan musik khas bantengan dengan
alat musik berupagong, kendang, dan lain-lain. Kesenian ini dimainkan oleh dua
orang laki-laki, satu dibagian depan sebagai kepalanya, dan satu dibagian
belakang sebagai ekornya. Dan biasanya,
lelaki bagian depan akan kesurupan,dan orang yang di belakangnya akan mengikuti setiap gerakannya. Tidak jarang orang dibagian belakang juga kesurupan. Tetapi,
sangat jarang terjadi orang yang di bagian belakang kesurupan sedangkan
bagian depannya tidak.Bantengan dibantu agar kesurupan oleh orang(laki-laki)
yang memakai pakaian serba merahyang biasa disebut abangan dan kaos hitam yang biasanya disebut irengan.Bantengan
juga selalu diiringi oleh macanan. Kostum macanan ini terbuat darikain yang
diberi pewarna (biasanya kuning belang
oranye), yang dipakai oleh seorang lelaki.
Macanan ini biasanya membantu bantengan
kesurupan dan menahannya bila kesurupannya
sampai terlalu ganas. Namun tidak jarang macanan juga mengalami kesurupan.Seiring
dengan perkembangan zaman,Seni Bantengan menjadi pertunjukan yang dinanti-nanti
oleh masyarakat yang pada masa itu media elektronik seperti televisi masih sangat
jarang ditemukan. Seni Bantengan pernah
mengalami masa-masa keemasan yaitu pada masa orde lama, Kesenian
Bantengan juga pernah mengalami masa surut yaitu padamasa Orde Baru. Hal
ini diperkirakan karena adanya
masuknya unsur politik akibat simbol Banteng yang
menjadi simbol partai tertentu.
Padahal jika
dikaji, sebuah kesenian itu muncul akibat dari kebiasaan suatu komunitas dan
kesenian Bantengan lahir dari sebuah budaya pedesaan dimana di dalamnya
terdapat sebuah komunitas yaitu pencak silat. Jadi, didalam kesenian Bantengan
ini sama sekali tidak
terdapat unsur-unsur politik.Pada masa Reformasi Seni Bantengan kembali bangkit, dengan adanya kebebasan untuk berekspresi. Seni Bantengan tumbuh dan berkembang seiring dengan pekembangan jaman, dan muncul pula berbagai
versi Seni Bantengan.
Sebagai perbandingan, kesenian Bantengan yang terkenal ada di dua tempatyaitu
di daerah Batu Malang, dan yang kedua berasal dari
Pacet tepatnya di Dusun Claket.Jika pementasan Bantengan di Claket terdiridari
Pencak Silat, Gulungan duri Salak,Bantengan, Macanan, topengan, dan
Musik Gamelan lengkap. Pementasan dilakukan atas undangan-undangan dari warga maupun pejabat
setempat, seperti acara perkawinan,ruwat desa, pesta kemerdekaan RI dan sebagainya. Beliau tidak pernah mematok harga, namun itu semua
tergantung keikhlasan dari para
undangan. Kini kesenian ini masih dalam perbincangan Dinas Pemuda, Olahraga,dan
Pariwisata Mojokerto untuk dijadikan sebagai ikon Kota Mojokerto. Hal lain
tampak sangat berbeda dengan kehidupan para anggota kelompok Bantengan yang ada di Batu Malang.Salah
satu wadah kesenian Bantengan yang
terbesar berada di Batu Malang. Wadah kesenian
Bantengan yang terkenal adalah,Bantengan Nusantara. Wadah ini adalah penggiat acara kesenian Bantengan yang diselenggarakan setiap tahun. Bantengan Nusantara ini ingin menampilkan
kesenian Bantengan
yang asli, yang terdiri dari Pencak Silat sebagai pembukaan,
Bantengan,Macanan, dan musik yang hanya terdiri dari kendang dan jidor. Hal ini disengaja untuk menampilkan keaslian dari
Seni Bantengan,dan jika ditambahkan unsur-unsur lain ituhanya dalam acara-acara
tertentu seperti festival dan
sebagainya. Pernah suatu hari diadakan
festival Seni Trans (kesurupan) dari seluruh
dunia yang diadakan di Batu Malang.Bantengan berkolaborasi dengan Seni Trans seperti dari Thailand, Philipina, Australia, danmasih banyak lagi
negara-negara lainnya,namun kesenian Bantengan yang ditampilkan tidak kalah menarik jika dibandingkan dengan kesenian trans dari negara lain. Tidak seperti diMojokerto, Bantengan di
Batu Malang tidak mendapat pengakuan dari pemerintah setempat, dan juga sering tidak mendapat ijinuntuk pementasan. Sehingga
penyelenggaraan atau pementasan berasal dari dana pribadi, dan meskipun sering
tidak mendapatkan izin kelompok ini tetap tampil.Pementasan Seni Bantengan dilakukan
berdasarkan sistem kekeluargaan tanpa upah, meskipun banyak dari
kelompok lain yang mematok harga. Kostum-kostum atau pakaian semua diperoleh dari sponsor atau dana anggota kelompok.Kegiatan kesenian bantengan biasanya didukung oleh beberapa ornament pendukung,diantaranya:
1.Tanduk
(banteng, kerbau, sapi, dll)
2.Kepala
banteng yang terbuat darikayu ( waru, dadap, miri, nangka, loh,kembang, dll).
3.Klontong
(alat bunyi di leher).
4.Keranjang
penjalin, sebagai badan(pada daerah tertentu yang menggunakan).
5.Kain hitam
sebagai badan penyambung
kepala dan kaki belakang.
6.Gongseng
kaki.
7.Pendekar
pengendali kepala bantengan
(menggunakan tali tampar).
8.Jidor,
gamelan, pengerawit, panjak,sinden, dan narator.
9.Sesepuh,
pamong, dan pendekar.
10.Berbagai
macam alat dan kelengkapan
lain yang diperlukan.
v Pementasan Seni Bantengan
Peralatan
atau perlengkapan dalam pementasan Seni Bantengan sangat berperan penting
untuk pementesan dan juga atraksi banteng, antara lain yaitu : Topeng,
Atribut Pemain, dan
alat musik pengiring berupa jidor,gamelan, pengrawit, dan juga sinden.
A.
Topeng
Para penari
Bantengan memakai topeng yang
berukuran besar, sehingga jika digunakan akan menutupi seluruh muka
dankepala sang penarinya. Topeng dari tiap kelompok Bantengan umumnya
menampilkan dua topeng kepala banteng, satu buah topeng macanan, satu buah
topeng kera, serta dua topeng gumingan khususnya yang ada diMojokerto.
B.
Atribut Penari
Penari
memakai beberapa perlengkapan
dalam pementasan Seni Bantengan. Beberapa perlengkapan tersebut diantaranya:
1.
Cemeti, alat ini yang digunakan untuk
mengundang arwah-arwah banteng, baik dari utara, selatan,barat, hingga timur
sebagai wujud
permohonan izin diselenggarakannya
pementasan.
2.
Seni Bantengan. Selain itu cemeti juga berfungsi
sebagai pengendali
gerakan atau atraksi Bantengan yang mengalami trans.
3.
Gongseng kaki, alat ini digunakan untuk menambah irama
dalam atraksi Bantengan.
4.
Keranjang menjalin digunakan sebagai badan atau
punggung banteng.
Namun sekarang hanya sebagian yang menggunakannya.
5.
Kain hitam atau disebutirenganyang digunakan
sebagai pakaian banteng dan
ada juga yang memakai kain
merah atau abanga sebagai variasi.
C.
Iringan Musik
Dalam sebuah
pagelaran seni tradisional tidak
lengkap tanpa adanya iringan musik.
Sehingga musik juga penting untuk menambah suasana meriah sebuah
pertunjukan terutama
seni Bantengan. Alat musik yang paling pokok
digunakan dalam Bantengan adalah jidor
dan kendang. Kedua alat musik tersebut merupakan wujud dari berbagai macam perubahan dan perkembangan hidup manusia, dimana manusia berkewajiban untuk selalu menyesuaikan diri
pada perkembangan jaman. Pemain musik dalam bantengan disebut pengrawit.
Saat ini sudah banyak penambahan dengan bermacam alat sesuai selera
pemain,tetapi hal yang tidak boleh dilupakan adalah alat musik asli seperti
jidor dan kendang harus ada.Tabuhan pertama jidor mengawali permainan
Bantengan, sebagai tanda mulainya gebyak Bantengan. Jidor dan kendang harus ditabuh sampai akhir gebyak tidak boleh sekalipun berhenti karena akan membuat pemain-pemain yang dalam keadaan trance marah. Irama tabuhan jidor disebut jidor kerep yaitu ditabuh secara konstan dengan tempoyang tetap sama, sedang alat musik
lain hanyamengisi. Cara menabuh seperti ini memberikan nuansa magis dan menggetarkan dada setiap pendengar terutama bagi pemain Bantengan.Apabila gebyak dilakukan dengan
arak-arakan atau
karnaval, alat musik harus diangkut dengan
kendaraan dan berada paling depan dalam
barisan bahkan ditambah dengan pengeras
suara, dibelakangnya para Bantengan bermain.
Saat gebyak dilakukan di arena,musik ditempatkan khusus dimana Bantengan bermain didepannya. Kemudian adanya panjak atau waranggono juga
merupakan hal yangpenting di dalam pementasan kesenian Bantengan. Panjak adalah pemain gamelan seni Bantengan yang berasal dari anggota sanggar, terdiri dari tiga sampai empat orang sesuai dengan jumlah alat musik yang ada dalam pementasan seni Bantengan. Seorang narator dalam kesenian Bantengan tidak selalu ada pada saat pementasan berlangsung. Hal ini dikarenakan, pada saat pementasan ataugebyak berlangsung Banteng lebih suka
bebas dan dengan area yang luas, dan
Banteng akan terlihat
lebih menarik juga atraktif.
D. Unsur Pementasan Seni Bantengan
Pementasan seni Bantengan
tidak memerlukan suatu panggung tertentu. SeniBantengan dapat dipentaskan
secara arak-arakan keliling desa sebagai sarana ritual. Hal ini sejalan dengan
pendapat Soedarsono yang menyatakan bahwa seni pertunjukkan diIndonesia berfungsi
sebagai sarana ritual.Pementasan seni Bantengan memiliki tahapanatau urutan
dalam alur cerita Banteng, yaitu tahap yang pertama adalah tahapan ritual sebelum
pementasan, baru kemudian tahappementasan.
1.
Tahap Pra acara sebelum pementasan diisi dengan
upacara ritual untuk memanggil arwah-arwah leluhur Banteng, dan sebelumnya
sesepuhmeminta izin kepada arwah nenek moyang atau leluhur setempat
untuk diadakan acara pementasan Seni Bantengan. Sesepuh jugamenyediakan
beberapa sesaji seperti secara lengkap seperti pisang ayu,badeg, atau air keras
ketan hitam,bunga tiga macam seperti bunga sedap malam, atau bisa juga
menggunakan bunga kantil, bunga mawar, serta bunga melati. Selain itu syarat
sesaji yang lain juga disiapkan seperti dupa, kemenyan, rokok klobot,
telur ayam kampung, dan juga satu buah kelapa. Hal ini dilakukan untuk
menyeleksi arwah banteng yang
datang dan juga agar acara pementasan diberikan kelancaran.
2.
Para pemain Bantengan juga harus mempersiapkan
diri secara fisik,kuat, dan tidak sakit, sehingga mampu
menopang kepala banteng yang cukup berat.
3.
Kemudian seluruh pemain berkumpul
terlebih dahulu untuk berdo’a bersama-sama demikelancaran pementasan
Bantengan.Tahap sebelum pementasan sangat penting dan menentukan proses
jalannya pementasan.
Jika tahapan sebelum pementasan sudah baik, maka pementasan
selanjutnya menjadi
lancar, dan begitu pula sebaliknya.Dalam persiapan pementasan harus diupayakan
secara siap dan sempurna.
v Tata Gerak Seni Bantengan
Dalam
gerakan Seni Bantengan,pendekar tidak bisa sembarangan dalam memegang
maupun memainkannya. Beberapa gerakan tersebut terdapat aturan
atau tata caratersendiri. Berikut ini adalah beberapa tata caranya.
A.
Cara Memegang Bantengan
Bantengan
dimainkan oleh dua orang pemain, bagian depan memegang kepala Banteng sekaligus
sebagai kaki depan sedang bagian belakang menjadi kaki belakang.Keduanya masuk
kedalam kain (biasanya berwarna hitam) sebagai tubuh bantengan.Pemain bagian
depan sangat cepat mengalami trance daripada pemain bagian belakang.Pemain
bagian belakang dituntut untuk lebih aktif bergerak kekiri dan kekanan
mengikuti pemain bagian depan sekaligus memainkan ekor
Bantengan. Karena jarang sekali mengalami trance maka pada setiap
permainan pemain
belakang lebih berat kerjanya dalam mengikuti gerak bagian depan yang
sedang trance,
kadang juga bergerak semaunya saja.
B.
Solah Banteng
Gerakan atau
tarian dalam bantengan disebut
solah Banteng yang terdiri dari gerakan atau langkah
gerakan mengayun tanduk ke kiri dan kanan
yang disebut sabetan, dan gerakan srudukan
tanduk. Langkah Banteng terdiri darigerak jalan berputar yang disebut langkah kliter,dan
gerakan langkah maju. Semua gerakan ini
biasanya dilakukan berulang-ulang selama
permainan sampai bertemu macanan dan bertang.
Saat bertarung inilah Banteng baru
menggunakan gerakan srudukan tanduk untuk mengalahkan macanan. Solah
Banteng banyak bersumber dari gerakan pencak silat.Gerakan ini sepertinya
tampak cukup sederhana sehingga dengan melihat saja pemain sudah dapat
menirukan bahkan memodifikasi sedemikian rupa, tetapi apabila dimainkan dalam
kondisi sadar kebanyakan pemain hanya mampu bertahan kurang lebih 20 menit
memainkan kepala Banteng yang beratnya rata-rata mencapai lebih dari 15 kg lebih
ditambah panasnya suhu udara didalam kerudung hitam. Apabila pemain telah mencapai
kondisi trance pemain tersebut tidak lagi bisa mengendalikan gerakannya,
semuagerakan dikendalikan kekuatan halus yang masuk ke dalam tubuh pemain,
sehingga walaupun mata pemain tertutup oleh kerudung kain mereka bisa bergerak
dengan leluasa dan tanpa merasa capek. Kondisi trance membuat gerakan bantengan menjadi lebih menarik danditunggu-tunggu penonton selain
itu permainan dapat bertahan dalam waktu
yanglama sampai berjam-jam dengan nuansa magis yang kuat
C.
Solah Macan
Gerakan
tarian Macan atau yang biasa disebut solah macan biasanya lebih mengutamakan
kuda-kuda, gerak kepala,cakaran dan koprol yang bersumber daripencak silat,
sehingga pemain macanan harus bergerak lebih aktif dan tidak boleh
melakukan gerakan
berjalan seperti manusia.
D.
Solah Tarung Banteng Macan
Solah tarung
Banteng Macan merupakan
adegan pertemuan antara kebaikandan keburukan, pada saat itu biasanya Kera yang
merupakan simbol sifat kikir akan ikut muncul mengambil dan memanfaatkan kesempatan.
Banteng (simbol kebaikan) selalu menang dalam pertarungan melawan
Macan(simbol keangkaramurkaan).Dalam gebyak Bantengan adegan pertarungan
Banteng melawan Macan secara ringkas dapat digambarkan sebagai
ketika Banteng
bertemu Macan keduanya langsung saling menyerang. Banteng mengejar
Macandan langsung menyerang dengan srudukan tanduknya,
tetapi Macan berhasil meloncat menghindar dan menangkap tanduk
Banteng.Banteng terus menekan dengan tenaganya yang
besar hingga macan jatuh terlentangterkunci tanduk Banteng. Banteng yang marah kemudian
melemparkan Macan. Macan yang merasa kalah menjauh ketakutan.
Monyet(simbol sifat kikir) muncul di sela-sela kesempitan selama pertarungan
untuk mengambil kesempatan yang mengungtungkannya.Solah Banteng Macan
biasanya dilakukan pada awal-awal permainan ketika kondisi pemain masih sadar, dengan
gerakan yang luwes. Tetapi ketika keduanya trance terkadang malah menjadi
shabat. Saling mendekat atau sibuk dengan gerakannya sendiri-sendiri.Sanggar
Seni Bantengan Tri Tunggal memiliki tujuan untuk mengenalkan dan mengembangkan
Seni Bantengan agar terusmaju dan dapat diterima masyarakat dengan modifikasi
Seni Bantengan, tetapi masih berpedoman pada keaslian pakemnya.Demikian juga
dengan sanggar-sanggar Seni Bantengan yang masih berkembang saat ini.Dengan
adanya 13 Sanggar Seni Bantengan ini membuktikan bahwa kesadaran masyarakat
Kabupaten Mojokerto masihpeduli dengan kesenian tradisional yang ada
diMojokerto. Peran masyarakat Mojokerto dalam
pelestarian budaya daerah ini, sangat membantu sekali kinerja pemerintah dalam pelestarian
budaya daerah. Peningkatan perhatian dan peran serta pemerintah dalam program
seni dan budaya yang diminati masyarakat, sangat mendorong berkembangnya
apresiasi terhadap kemajemukan
budaya terutama KabupatenMojokerto yang memiliki kesenian khas yangpatut untuk
dibanggakan. Adanya festival Seni Bantengan Nusantara setiap tahunnya
diBatu Jawa Timur, juga berperan penting dalam melestarikan
Bantengan. Festival inimerupakan wadah untuk melestarikan seluruh kesenian
Bantengan yang ada di Jawa Timur.
v Nilai-Nilai Moral Kesenian Bantengan
Kesenian
Bantengan sebagai hasil warisan leluhur Kota Mojokerto dijadikantuntunan bagi
masyarakat tentunya tidak lepasdari nilai-nilai yang terkandung didalamnyadan
dijadikan pedoman oleh masyarakat dalam berkehidupan.Didalam kesenian Bantengan
terdapat nilai religius maupun nilai sosial yang mampu menjadikan kesenian
Bantengan sebagai seniyang bernilai luhur yang perlu kita lestarikan dan
kembangkan sesuai perkembangan jaman tanpa meninggalkan nilai estetika dan
etika. Kesenian Bantengan tidak semata-mata hanya hiburan dan ritual saja, tetapi kesenian Bantengan ini bila dikaji banyak nilai-nilai moral yang terkandung diantaranya:
1.
Nilai
kebersamaan atau gotong royong tampak pada
waktu seluruh pemain Bantengan
saling bekerja sama dan gotong royong dalam
mengadakan arak-arakan Bantengan keliling desa.
2.
Nilai
keindahan tampak pada sajian pagelaran yang mengggunakan perlengkapan
khas Jawa jadi terlihat indah,mulai dari gamelan, busana yang dipakai dan topeng. Selain itu keindahan juga terlihat
diwaktu para pemain gamelan memainkan
musik gamelan terdengar mengiringi
gerakan para pemain Bantengan.
3. Nilai
kebenaran tampak pada saat pemain benar-benar membawakan atau memainkankesenian Bantengan. Tampak saat pertarungan
Banteng melawan macandalam perkelahiannya bisa mengalahkan para pemain macanan
yang merupakan perwujudan Bangsa Kolonial yangmenjajah para kaum pribumi, ini
berartibahwa kebenaran atau kebaikan pasti akanmengalahkan kejahatan.
4.
Nilai
kebaikan, bahwa Bantengan dibuatuntuk mendidik kaum pribumi
untuk menjadi pejuang dan mengalahkan para penjajah yang datang. Kemudian tampak pada saat pemain Bantengan yang
berusaha mengalahkan
pemain Macanan yang merupakan simbol dari penjajah.
5. Nilai tanggung
jawab, dari sifat seorang pendekar Bantengan sebagai pengendali Bantengan yang berusaha menendalikan gerakan Bantengan agar tetap terkontrol.
6. Nilai
religius, tampak dalam setiap do’ayang ditujukan kepada Tuhan
Yang MahaEsa dalam hal apapun baik dalam latihan maupun pagelaran selalu memohonpertolongan kepada Sang Pencipta.
7. Nilai
kepercayaan, tampak pada masyarakat
desa Claket khusunya pemaiankesenian Bantengan bahwa mereka percaya terhadap hal-hal ghoib. Mereka mempercayai
adanya makhluk yangdiciptakan Allah SWT selain manusia,kemudian tampak pula
dalam alur cerita yang mengingatkan bahwa manusia harus percaya kepada Allah SWT dan segala yang
diciptakan termasuk setan dan jin.
8. Nilai
keburukan atau kejahatan tampak pada pemeran Macanan
sebagai simbolpenajajah dan pemeran Kera yang bertugas sebagai penghasut antara Banteng dan Macan. Hal
ini menyampaikan bahwa tindakan Macan dan Kera itu sangat tidak terpuji
karena meresahkan masyarakat.Berdasarkan hasil pementasan kesenian Bantengan
baik ketika di panggung maupun saat arak-arakan ditemukan adanyaTemuan tentang
nilai-nilai moral memang bermanfaat bagi kebudayaan. Hal ini selaras dengan pendapat Liliweri yang menyatakan bahwa nilai merupakan sesuatu yang abstrak tentang tujuan budaya yang
akan kita bangun bersama
melalui bahasa, simbol, dan pesan-pesan verbal maupun nonverbal.
Nilai atau value mengandung pengertian
sesuatu yang berharga. Sesuatu yang
bernilai apabila memiliki nilai guna(memiliki keindahan) kebenaran atau kebaikan, misalnya sesuatu yang baik berarti memiliki nilai moral (nilai kebaikan). Nilai itu sesuatu yang abstrak, dapat dipikirkan,dipahami, dihayati, dijiwai, dan
berhubungandengan cita-cita, harapan, keyakinan, hal-halyang bersifat batiniah
dan bersifat ideal bukan faktual. Masyarakat
dalam melakukan apaun hendaknya memohon kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang
diimbangi dengan hati bersih dan suci. Hal ini yang juga bisa didapatkan dari
kesenian Bantengan, selain itu juga mengingatkan bahwa di muka bumi ini manusia
adalah makhluk Tuhan yang paling mulia, akan tetapi manusia juga harus menyadari
bahwa Tuhan menciptakan banyak makhluk, diantaranya adalah makhluk ghoib yang
harus kita akui keberadaanya. Kesenian Bantengan
yang mengajarkan nilai-nilai moral membawa
pengaruh positif terhadap kebudayaan
ataupun moral manusia. Selaras dengan pendapat Budiningsih yang menyatakan
bahwa kebudayaan akan mempengaruhi cepat lambatnya pencapaian tahap-tahap
perkembangan moral dan juga mempengaruhi batas tahap perkembangan yang
tercapai. Dengan kata lain, bahwa individu
yang mempunyai latar budaya tertentu
dapat berbeda perkembangan moral dipengaruhi
oleh faktor kebudayaan.
v Peran Masyarakat Mojokerto Dalam Pelestarian Kesenian Bantengan
Setelah
melalui beberapa kegiatan koordinasi dengan berbagai komponen masyarakat antara lain, seniman, budayawan,penggiat, pemerhati seni Bantengan,agamawan, tokoh
masyarakat, serta berbagai instansi baik pemerintah maupun swasta, makadapat
dikatakan bahwa Seni Bantengan sangat disambut positif. Seni Bantengan adalah
satu-satunya seni yang memang disukai dan dibanggakan sebagai seni khas
Kabupaten Mojokerto. Seni Bantengan dapat mengangkat citra positif bagi
Kabupaten Mojokerto.Potensi yang dimiliki oleh pemerintah Kabupaten Mojokerto adalah aset budaya yang memiliki aneka ragam seni budaya tradisional.Utamanya
seni pertunjukan salah satunya seni budaya Bantengan yang butuh penanganan serius
untuk mengembangkannya, sehingga seni budaya tradisional tersebut mampu bangkit dari
keterpurukan.Upaya penanganan seni budaya tradisional khususnya Bantengan yang
serius dan strategis pengembangan yang profesional,diharapkan mampu menjadikan
penanda identitas lokal Pemerintah Kabupaten Mojokerto.
Hingga pada akhirnya dapat mendatangkan keuntungan ekonomis, baik bagi
Pemerintah Kabupaten Mojokerto khususnya pada sektor pariwisata yang sekaligus
dapat menunjang kenaikan PAD Kabupaten Mojokerto. Arah pengelolaan dan pengembangan
seni khas Bantengan Kabupaten
Mojokerto tidak hanya terbatas pada orientasi sektor pariwisata,
peningkatan PAD,
dan Devisa. Akan tetapi diharapkan juga mampu mendorong
pertumbuhan ekonomi masyarakat,
memperluas lapangan kerja, dan memperluas kesempatan berwirausaha.
Selain itu juga harus mampu meningkatkan pengenalan dan pemasaran produk
daerah khususnya kerajinan topeng Bantengan yangpada akhirnya akan meningkatkan
tingkat kesejahteraan pengerajin Bantengan .Oleh karena itu pemasaran kerajinan
seni budaya tradisioanl khususnya kerajinan topeng Bantengan dengan berbagai
daya tariknya perlu ditingkatkan secara terprogram melalui kerja sama dengan
berbagai pihak khususnya dalam rangka kegiatan promosi.Selain itu akan
berjalan sukses jika dilaksanakan dengan terpadu dengan sarana dan prasarana
pendukunya, termasuk upaya untuk melakukan inovasi dan tranformasi dengan
memanfaatkan teknologi yang saat inisudah berkembang. Apabila seni Bantengan telah
mendapatkan persetujuan dari berbagai pihak untuk ditetapkan sebagai ikon
kesenian daerah.
Pemerintah Kabupaten Mojokerto danbanyak diminati oleh masyarakat secara
luas,maka hal ini akan berdampak pada tingkatkesejahteraan pelaku seni
Bantengan itusendiri. Dampak dari kesenian Bantengan terhadap beberapa aspek
seperti yang dikemukakan diatas yakni peningkatan kuantitas kerajinan Bantengan
sekaligus mengatur pemasarannya, maka pada giliran berikutnya akan ada
peningkatan penghasilan masyarakat. Dengan meningkatnya penghasilan
masyarakat maka daya belimasyarakat secara relatif akan meningkat pula.
Gambar Kesenian Bantengan:
Gambar Kesenian Bantengan:
0 komentar:
Posting Komentar