Kamis, 27 Oktober 2016

Seni Tradisional Bantengan

Edit Posted by with No comments
Makalah Kesenian Daerah
  •  PENDAHULUAN

Seni Tradisional Bantengan adalah seni pertunjukan budaya tradisi yang menggabungkan unsur sendra tari, kanuragan, musik, dan syair/mantra yang sangat kental dengan nuansa magis.

Pertunjukan akan semakin menarik apabila telah masuk tahap trans, dimana pemain Bantengan mengalami kesurupan arwah leluhur Banteng (Dhanyangan). Seni tradisional Bantengan Mojokerto mengadopsi gerakan pencak silat.Bantengan memiliki makna simbolik sebagai penggambaran perlawanan penduduk pribumi yang diwujudkan dalam banteng, terhadap penjajah yang diwujudkan dalam bentuk macanan. Seni bantengan juga mengandung nilai moral bahwa kesenian ini bersifat komunal, artinya melibatkan banyak orang didalam setiap pertunjukannya. Kebudayaan ini membentuk perilaku masyarakat yang menggelutinya untuk selalu hidup dalam keguyuban, kekeluargaan, gotong royong, dan kesederhanaan.
Kesenian Bantengan di Desa Claket Kecamatan Pacet Kabupaten Mojokerto sudah ada sejak pemerintahan kolonial belanda, seni ini menggabungkan antara seni silat dan seni musik gamelan yang berpadu dengan kisah simbolik heroisme perjuangan masa kolonial yang dibumbui dengan kondisi trance ataukesurupan seperti umumnya beberapa kesenian sejenis yang ada di tanah Jawa. Secarasimbolik memakai gambaran hegemoni singadan perlawan Banteng kemudian kesenian inilebih dikenal dengan sebutan KesenianBantengan. Belum jelas kapan dan darimana kesenian ini mulai muncul namun sejak awal Bantengan memang dimunculkan sebagai kamuflase dari kegiatan pencak silat yang dilarang keras diadakan pada masapemerintahan kolonial Belanda. Setiap kelompok Bantengan pada masa itumerupakan perguruan silat. Pada masa kemerdekaan kesenian Bantengan tidak lagi berfungsi sebagai mana awalnya namun sudah total menjadi sebuah bentuk kesenian yang mandiri. Karena perubahan zaman dan situasi serta masuknya beberapa anggota baru yang membawa beberapa ide segar dari luar membuat bantengan Pacet berkembang dan berevolusi mengikuti perkembangan eranya.Hal lain yang menjadi pertimbangan adalah audience penonton, dari situlah Sinden,Gumingan, Gunungan Duri Salak, topengandan Macanan masuk menjadi bagian dari Seni Bantengan. Dalam aksi teatrikal setiap kelompok kesenian Bantengan mempunyai perbedaan dan ciri khas masing-masing namun secara garis besar pertunjukan kesenian Bantengan ini selalu dibuka dengan atraksi-atraksi pencak silat sebagai seni dasar terbentukya kesenian Bantengan. Pencak dilakukan dengan kembangan tunggal maupun berpasangan. Aksi Gunungan Duri Salak ditampilkan dengan mengedepankan sisi kebudayaan. Inti dari pertunjukan ini dimulaisaat aksi topengan ditampilkan, topengan lebihkental unsur humorisnya karena bertujuanuntuk menarik minat dari audience. Disusul dengan dimainkannya atraksi Gumingan,sosok Gumingan lebih mengarah ke sisi antagonis yang diwujudkan dengan perawakan seram. Gumingan menjadi simbol atau perwujudan dari gangguan dan tantangan yangmuncul dalam kehidupan. Puncak dalam pertunjukan Kesenian Bantengan adalah pada saat sosok Banteng muncul melawan Macan.Aksi ini menjadi puncak acara karena tingkat kesulitan dan ketegangannya berbeda dengan aksi-aksi sebelumya dan salah satu yang menjadi ciri khas dari aksi ini adalah banyaknya para pemain yang berada dalam kondisi trance atau kesurupan. Unsur yangmenjadi daya tarik dalam atraksi ini adalah proses trance atau kesurupan yang terjadi pada setiap pemain untuk bisa menjiwai setiap karakter hewan yang diperankannya baik itumenjadi Banteng, Macan maupun kera. Dalam keadaan trance atau kesurupan para pemain dipandu oleh seorang pawang yang ahli dalam bidang ini. Proses trance ini sendiri tidak berbeda jauh dengan kesenian-kesenian daerah lain yang menggunakan unsur serupa seperti jaranan misalnya. Secara estetik keduanya mempunyai tujuan yang berbeda terlepas dari pro atau tidaknya unsur trance masuk kedalam ranah seni. Kesenian Bantengan sempat mengalami era keemasan pada era orde lama namun kesenian ini surut perkembangannya pada masa orde baru karena sering diidentikkan dengan partai politik tertentu.Pelaku kesenian Bantengan ini tidak patah arang, berbagai macam cara dilakukan unuk melestarikan kesenian ini.Pada era reformasi barulah eksistensi mereka mulai nampak seiring dengan adanya kebebasan berekspresi, hal ini terbukti dengan semakin seringnya Kesenian Bantengan ini ditampilkan dalam berbagai acara seperti iring-iringan pernikahan, ruwat desa, karnaval daerah, pelantikan kepala desa, festival bulan purnama, pawai budaya HUT Jawa timur ke-67 di kantor Gubernuran Surabaya, APEKSIse-kota wilayah Indonesia timur di Mojokerto,dan festival grebek suro dalam rangkamemperingati haul Syekh Jumadil Kubro dimakam Tralaya di Trowulan maupun festival-festival kesenian lainnya. Menyadari pentingnya kesenian sebagai khasanah budaya bangsa yang harus dilestarikan karena nantinya akan menjadi warisan bagi anak cucu karena mereka juga berhak tahu bahwa nenek moyangnya merupakan bangsa yang kreatif,berbudaya dan peduli akan kelestarianbudayanya. Seni Bantengan memiliki gerak yang sederhana serta merupakan hasil manusia yang mengungkapkan ekspresi lewat gerak suara atau bunyi-bunyian. Masyarakat Desa Claket lebih mengenal Bantengan sebagai taritradisi dan hasil karya seni warisan dari nenek moyang yang menjadi seni tradisi asli Desa Claket yang telah dijadikan salah satu kesenian tradisi Kabupaten Mojokerto. Bantengan sebagai hasil karya seni digambarkan dalam bentuk tari-tarian yang diciptakan oleh Mbah Siran.
Hingga sekarang Pemerintah Kabupaten Dinas Pemuda Olahraga,Kebudayaan, dan Pariwisata Kabupaten Mojokerto terus mengembangkannya sebagai kesenian asli dari Kabupaten Mojokerto.Dibuktikan dengan terbentuknya FKBM(Forum Komunikasi Banteng Mojopahit) yang diketuai oleh Bpk. Mulyadi S.Pd, selaku pemilik sekaligus pimpinan kesenian Bantengan Raja Gumarang Pacet serta mengadakan festival Bantengan yang memperebutkan piala bergilir Bupati Mojokerto yang diadakan setiap tahun sesuai dengan persyaratan.

  •                 PEMBAHASAN

v                             Fungsi Kesenian Bantengan
Perkembangan kesenian Bantengan yang terjadi di masyarakat Jawa Timurkususnya Claket, berkembang dimasyarakat pedesaan dan kelompok Pencak silat, sesuai dengan kepentingan dan fungsinya masing-masing. Sifat- sifat ini yang disebut dengan fungsi Eksternal dan Internal kebudayaan Bantengan.

    -  Fungsi Ekternal
Fungsi kesenian Bantengan padamasyarakat awam atau pada umumnya sebagaibagian dari kesenian daerah atau tontonan kesenian kebudayaan daerah setempat.Kegiatan ini biasanya dilakukan pada kegiatan-kegiatan besar daerah atau Negara,antara lain :
1.     Perayaan hari kemerdekaan 17 Agustus.
2.     Untuk mengarak acara panghargian atau selamatan, yaitu : Selamatan desa, khitan,nikah, panen, tanam tuwuh ( menabur bibit tanaman ), dsb.
3.     Memperingati Ulang Tahun Kota.
   - Fungsi Internal
Fungsi kesenian Bantengan pada masyarakat tertentu, yang memang mengembangkan kesenian tersebut. Fungsi ini biasanya bersifat biologis spiritual kesenian budaya daerah setempat. Kegiatan ini biasanya ada beberapa bagian penting yang harus dilakukan kelompok kesenian Bantengan tersebut , yaitu antara lain:
1.     Selamatan kesenian Bantengan pada hari-hari tertentu.
2.     Ritual pembuatan kepala banteng.
3. Ritual pengisian spiritualisasi pada alatkesenian banteng, khususnya pada kepalabanteng.
4.     Penyempurnaan alat kesenian Bantengan,yang dianggap sudah tidak bisa digunakan lagiuntuk acara-acara gebyak Bantengan biasanya dilakukan dengan larungan atau pembakaran,sesuai dengan tata cara daerah setempat.

v                           Perkembangan Seni Bantengan Desa Claket
Seni Bantengan di Claketdiperkirakan sudah ada sejak masa pemerintahan Kolonial Belanda. Awalnya,kesenian ini masih dalam bentuk pencak silat yang didirikan untuk menggugah semangat perjuangan kaum pemuda khusunya daerah Claket dalam melawan penjajah Belanda. Hal ini dibuktikan dengan adanya dua basis gerilyawan yang terletak di Pacet, yaitu batalyon “Tjondromowo”dan batalyon“Matjan Putih”.Dengan kemampuan beladiri, mereka berjuang melawan penjajahan Belanda. Kelompok pencak silat tersebut didirikan untuk memudahkan dalam mengumpulkan pemuda-pemuda desa, danagar lebih menarik dan menghibur pencak silattersebut ditambahkan atraksi seni gerak Bantengan untuk mengelabuhi pemerintah Belanda yang curiga dengan kelompok perguruan-perguruan silat yang pada saat itu dilarang. Seni gerak Bantengan tersebut digambarkan dengan perwujudan Banteng melawan Singa, dan seiring dengan perkembangan jaman, Singa tersebut diganti dengan Macan. Hal ini diperkirakan karena Singa semakin sulit ditemukan di Jawa. Seni Tradisional Bantengan, juga merupakan sebuah seni pertunjukan budaya tradisi yang menggabungkan unsur pencak silat, sendratari, olah kanuragan, musik, dan syair atau mantra yang sangat kental dengan nuansa magis. Pelaku Bantengan yakin bahwa permainannya akan semakin menarik apabila telah masuk tahap“trans”yaitu tahapan pemain pemegang kepala Bantengan menjadi kesurupan arwah leluhur Banteng(Dhanyangan). Hal ini tidak aneh,sebab jika tidak maka para pemain Bantengan tidak dapat memainkan penjiwaannya dengan baik seperti layaknya hewan perilaku hewan banteng. Kepala banteng sendiri terbuat daribahan yang berat, sehingga para pemain akan mengalami sakit kepala jika terlalu lama memainkan atraksi Banteng.
Pada awalnya Seni Bantengan adalah unsur hiburan bagi setiap pemainPencak Silat setiap kali selesai melakukan latihan rutin. Setiap grup Bantengan minimal mempunyai 2 Bantengan seperti halnya satu pasangan yaitu Bantengan jantan dan betina.Walaupun berkembang dari kalangan perguruan Pencak Silat, pada saat ini Seni Bantengan telah berdiri sendiri sebagai bagian seni tradisi sehingga tidak keseluruhan perguruan Pencak Silat di Indonesia mempunyai Grup Bantengan dan begitu juga sebaliknya.Perkembangan kesenian Bantengan mayoritas berada di masyarakat pedesaan atau wilayah pinggiran kota di daerah lereng pegunungan se-Jawa Timur tepatnya Bromo-Tengger-Semeru, Arjuno-Welirang,Penanggungan (Pacet), Anjasmoro, Kawi dan Raung-Argopuro. Permainan kesenian Bantengan dimainkan oleh dua orang yang berperan sebagai kaki depan sekaligus pemegang kepala Bantengan dan pengontrol tari Bantengan serta kaki belakang yang juga berperan sebagai ekor Bantengan. Kostum Bantengan biasanya terbuat dari kain hitamdan topeng yang berbentuk kepala banteng yang terbuat dari kayu serta tanduk asli banteng. Berhubung hewan Banteng terutama Banteng Jawa semakin sulit ditemukan, maka kepala dan tanduk sekarang lebih banyak digunakan adalah kayu dan tanduk dari sapidan juga kerbau yang sudah mati.Bantengan ini selalu diiringi olehsekelompok orang yang memainkan musik khas bantengan dengan alat musik berupagong, kendang, dan lain-lain. Kesenian ini dimainkan oleh dua orang laki-laki, satu dibagian depan sebagai kepalanya, dan satu dibagian belakang sebagai ekornya. Dan biasanya, lelaki bagian depan akan kesurupan,dan orang yang di belakangnya akan mengikuti setiap gerakannya. Tidak jarang orang dibagian belakang juga kesurupan. Tetapi, sangat jarang terjadi orang yang di bagian belakang kesurupan sedangkan bagian depannya tidak.Bantengan dibantu agar kesurupan oleh orang(laki-laki) yang memakai pakaian serba merahyang biasa disebut abangan dan kaos hitam yang biasanya disebut irengan.Bantengan juga selalu diiringi oleh macanan. Kostum macanan ini terbuat darikain yang diberi pewarna (biasanya kuning belang oranye), yang dipakai oleh seorang lelaki. Macanan ini biasanya membantu bantengan kesurupan dan menahannya bila kesurupannya sampai terlalu ganas. Namun tidak jarang macanan juga mengalami kesurupan.Seiring dengan perkembangan zaman,Seni Bantengan menjadi pertunjukan yang dinanti-nanti oleh masyarakat yang pada masa itu media elektronik seperti televisi masih sangat jarang ditemukan. Seni Bantengan pernah mengalami masa-masa keemasan yaitu  pada masa orde lama, Kesenian Bantengan juga pernah mengalami masa surut yaitu padamasa Orde Baru. Hal ini diperkirakan karena adanya masuknya unsur politik akibat simbol Banteng yang menjadi simbol partai tertentu.
Padahal jika dikaji, sebuah kesenian itu muncul akibat dari kebiasaan suatu komunitas dan kesenian Bantengan lahir dari sebuah budaya pedesaan dimana di dalamnya terdapat sebuah komunitas yaitu pencak silat. Jadi, didalam kesenian Bantengan ini sama sekali tidak terdapat unsur-unsur politik.Pada masa Reformasi Seni Bantengan kembali bangkit, dengan adanya kebebasan untuk berekspresi. Seni Bantengan tumbuh dan berkembang seiring dengan pekembangan jaman, dan muncul pula berbagai versi Seni Bantengan. Sebagai perbandingan, kesenian Bantengan yang terkenal ada di dua tempatyaitu di daerah Batu Malang, dan yang kedua berasal dari Pacet tepatnya di Dusun Claket.Jika pementasan Bantengan di Claket terdiridari Pencak Silat, Gulungan duri Salak,Bantengan, Macanan, topengan, dan Musik Gamelan lengkap. Pementasan dilakukan atas undangan-undangan dari warga maupun pejabat setempat, seperti acara perkawinan,ruwat desa, pesta kemerdekaan RI dan sebagainya. Beliau tidak pernah mematok harga, namun itu semua tergantung keikhlasan dari para undangan. Kini kesenian ini masih dalam perbincangan Dinas Pemuda, Olahraga,dan Pariwisata Mojokerto untuk dijadikan sebagai ikon Kota Mojokerto. Hal lain tampak sangat berbeda dengan kehidupan para anggota kelompok Bantengan yang ada di Batu Malang.Salah satu wadah kesenian Bantengan yang terbesar berada di Batu Malang. Wadah kesenian Bantengan yang terkenal adalah,Bantengan Nusantara. Wadah ini adalah penggiat acara kesenian Bantengan yang diselenggarakan setiap tahun. Bantengan Nusantara ini ingin menampilkan kesenian Bantengan yang asli, yang terdiri dari Pencak Silat sebagai pembukaan, Bantengan,Macanan, dan musik yang hanya terdiri dari kendang dan jidor. Hal ini disengaja untuk menampilkan keaslian dari Seni Bantengan,dan jika ditambahkan unsur-unsur lain ituhanya dalam acara-acara tertentu seperti festival dan sebagainya. Pernah suatu hari diadakan festival Seni Trans (kesurupan) dari seluruh dunia yang diadakan di Batu Malang.Bantengan berkolaborasi dengan Seni Trans seperti dari Thailand, Philipina, Australia, danmasih banyak lagi negara-negara lainnya,namun kesenian Bantengan yang ditampilkan tidak kalah menarik jika dibandingkan dengan kesenian trans dari negara lain. Tidak seperti diMojokerto, Bantengan di Batu Malang tidak mendapat pengakuan dari pemerintah setempat, dan juga sering tidak mendapat ijinuntuk pementasan. Sehingga penyelenggaraan atau pementasan berasal dari dana pribadi, dan meskipun sering tidak mendapatkan izin kelompok ini tetap tampil.Pementasan Seni Bantengan dilakukan berdasarkan sistem kekeluargaan tanpa upah, meskipun banyak dari kelompok lain yang mematok harga. Kostum-kostum atau pakaian semua diperoleh dari sponsor atau dana anggota kelompok.Kegiatan kesenian bantengan biasanya didukung oleh beberapa ornament pendukung,diantaranya:
1.Tanduk (banteng, kerbau, sapi, dll)
2.Kepala banteng yang terbuat darikayu ( waru, dadap, miri, nangka, loh,kembang, dll).
3.Klontong (alat bunyi di leher).
4.Keranjang penjalin, sebagai badan(pada daerah tertentu yang menggunakan).
5.Kain hitam sebagai badan penyambung kepala dan kaki belakang.
6.Gongseng kaki.
7.Pendekar pengendali kepala bantengan (menggunakan tali tampar).
8.Jidor, gamelan, pengerawit, panjak,sinden, dan narator.
9.Sesepuh, pamong, dan pendekar.
10.Berbagai macam alat dan kelengkapan lain yang diperlukan.

v                        Pementasan Seni Bantengan
Peralatan atau perlengkapan dalam pementasan Seni Bantengan sangat berperan penting untuk pementesan dan juga atraksi banteng, antara lain yaitu : Topeng, Atribut Pemain, dan alat musik pengiring berupa jidor,gamelan, pengrawit, dan juga sinden.


A.    Topeng
Para penari Bantengan memakai topeng yang berukuran besar, sehingga jika digunakan akan menutupi seluruh muka dankepala sang penarinya. Topeng dari tiap kelompok Bantengan umumnya menampilkan dua topeng kepala banteng, satu buah topeng macanan, satu buah topeng kera, serta dua topeng gumingan khususnya yang ada diMojokerto.

B.    Atribut Penari
Penari memakai beberapa perlengkapan dalam pementasan Seni Bantengan. Beberapa perlengkapan tersebut diantaranya:
1.     Cemeti, alat ini yang digunakan untuk mengundang arwah-arwah banteng, baik dari utara, selatan,barat, hingga timur sebagai wujud permohonan izin diselenggarakannya pementasan.
2.     Seni Bantengan. Selain itu cemeti juga berfungsi sebagai pengendali gerakan atau atraksi Bantengan yang mengalami trans.
3.     Gongseng kaki, alat ini digunakan untuk menambah irama dalam atraksi Bantengan.
4.      Keranjang menjalin digunakan sebagai badan atau punggung banteng. Namun sekarang hanya sebagian yang menggunakannya.
5.      Kain hitam atau disebutirenganyang digunakan sebagai pakaian banteng dan ada juga yang memakai kain merah atau abanga sebagai variasi.
C.    Iringan Musik
Dalam sebuah pagelaran seni tradisional tidak lengkap tanpa adanya iringan musik. Sehingga musik juga penting untuk menambah suasana meriah sebuah pertunjukan terutama seni Bantengan. Alat musik yang paling pokok digunakan dalam Bantengan adalah jidor dan kendang. Kedua alat musik tersebut merupakan wujud dari berbagai macam perubahan dan perkembangan hidup manusia, dimana manusia berkewajiban untuk selalu menyesuaikan diri pada perkembangan jaman. Pemain musik dalam bantengan disebut pengrawit. Saat ini sudah banyak penambahan dengan bermacam alat sesuai selera pemain,tetapi hal yang tidak boleh dilupakan adalah alat musik asli seperti jidor dan kendang harus ada.Tabuhan pertama jidor mengawali permainan Bantengan, sebagai tanda mulainya gebyak Bantengan. Jidor dan kendang harus ditabuh sampai akhir gebyak tidak boleh sekalipun berhenti karena akan membuat pemain-pemain yang dalam keadaan trance marah. Irama tabuhan jidor disebut jidor kerep yaitu ditabuh secara konstan dengan tempoyang tetap sama, sedang alat musik lain hanyamengisi. Cara menabuh seperti ini memberikan nuansa magis dan menggetarkan dada setiap pendengar terutama bagi pemain Bantengan.Apabila gebyak dilakukan dengan arak-arakan atau karnaval, alat musik harus diangkut dengan kendaraan dan berada paling depan dalam barisan bahkan ditambah dengan pengeras suara, dibelakangnya para Bantengan bermain. Saat gebyak dilakukan di arena,musik ditempatkan khusus dimana Bantengan bermain didepannya. Kemudian adanya panjak atau waranggono juga merupakan hal yangpenting di dalam pementasan kesenian Bantengan. Panjak adalah pemain gamelan seni Bantengan yang berasal dari anggota sanggar, terdiri dari tiga sampai empat orang sesuai dengan jumlah alat musik yang ada dalam pementasan seni Bantengan. Seorang narator dalam kesenian Bantengan tidak selalu ada pada saat pementasan berlangsung. Hal ini dikarenakan, pada saat pementasan ataugebyak berlangsung Banteng lebih suka bebas dan dengan area yang luas, dan Banteng akan terlihat lebih menarik juga atraktif.

D.   Unsur Pementasan  Seni  Bantengan
Pementasan seni Bantengan tidak memerlukan suatu panggung tertentu. SeniBantengan dapat dipentaskan secara arak-arakan keliling desa sebagai sarana ritual. Hal ini sejalan dengan pendapat Soedarsono yang menyatakan bahwa seni pertunjukkan diIndonesia berfungsi sebagai sarana ritual.Pementasan seni Bantengan memiliki tahapanatau urutan dalam alur cerita Banteng, yaitu tahap yang pertama adalah tahapan ritual sebelum pementasan, baru kemudian tahappementasan.
1.     Tahap Pra acara sebelum pementasan diisi dengan upacara ritual untuk memanggil arwah-arwah leluhur Banteng, dan sebelumnya sesepuhmeminta izin kepada arwah nenek moyang atau leluhur setempat untuk diadakan acara pementasan Seni Bantengan. Sesepuh jugamenyediakan beberapa sesaji seperti secara lengkap seperti pisang ayu,badeg, atau air keras ketan hitam,bunga tiga macam seperti bunga sedap malam, atau bisa juga menggunakan bunga kantil, bunga mawar, serta bunga melati. Selain itu syarat sesaji yang lain juga disiapkan seperti dupa, kemenyan, rokok klobot, telur ayam kampung, dan juga satu buah kelapa. Hal ini dilakukan untuk menyeleksi arwah banteng yang datang dan juga agar acara pementasan diberikan kelancaran.
2.     Para pemain Bantengan juga harus mempersiapkan diri secara fisik,kuat, dan tidak sakit, sehingga mampu menopang kepala banteng yang cukup berat.
3.     Kemudian seluruh pemain berkumpul terlebih dahulu untuk berdo’a bersama-sama demikelancaran pementasan Bantengan.Tahap sebelum pementasan sangat penting dan menentukan proses jalannya pementasan. Jika tahapan sebelum pementasan sudah baik, maka pementasan selanjutnya menjadi lancar, dan begitu pula sebaliknya.Dalam persiapan pementasan harus diupayakan secara siap dan sempurna.

v                             Tata Gerak Seni Bantengan
Dalam gerakan Seni Bantengan,pendekar tidak bisa sembarangan dalam memegang maupun memainkannya. Beberapa gerakan tersebut terdapat aturan atau tata caratersendiri. Berikut ini adalah beberapa tata caranya.
A.    Cara Memegang Bantengan
Bantengan dimainkan oleh dua orang pemain, bagian depan memegang kepala Banteng sekaligus sebagai kaki depan sedang bagian belakang menjadi kaki belakang.Keduanya masuk kedalam kain (biasanya berwarna hitam) sebagai tubuh bantengan.Pemain bagian depan sangat cepat mengalami trance daripada pemain bagian belakang.Pemain bagian belakang dituntut untuk lebih aktif bergerak kekiri dan kekanan mengikuti pemain bagian depan sekaligus memainkan ekor Bantengan. Karena jarang sekali mengalami trance maka pada setiap permainan pemain belakang lebih berat kerjanya dalam mengikuti gerak bagian depan yang sedang trance, kadang juga bergerak semaunya saja.
B.    Solah Banteng
Gerakan atau tarian dalam bantengan disebut solah Banteng yang terdiri dari gerakan atau langkah gerakan mengayun tanduk ke kiri dan kanan yang disebut sabetan, dan gerakan srudukan tanduk. Langkah Banteng terdiri darigerak jalan berputar yang disebut langkah kliter,dan gerakan langkah maju. Semua gerakan ini biasanya dilakukan berulang-ulang selama permainan sampai bertemu macanan dan bertang. Saat bertarung inilah Banteng baru menggunakan gerakan srudukan tanduk untuk mengalahkan macanan. Solah Banteng banyak bersumber dari gerakan pencak silat.Gerakan ini sepertinya tampak cukup sederhana sehingga dengan melihat saja pemain sudah dapat menirukan bahkan memodifikasi sedemikian rupa, tetapi apabila dimainkan dalam kondisi sadar kebanyakan pemain hanya mampu bertahan kurang lebih 20 menit memainkan kepala Banteng yang beratnya rata-rata mencapai lebih dari 15 kg lebih ditambah panasnya suhu udara didalam kerudung hitam. Apabila pemain telah mencapai kondisi trance pemain tersebut tidak lagi bisa mengendalikan gerakannya, semuagerakan dikendalikan kekuatan halus yang masuk ke dalam tubuh pemain, sehingga walaupun mata pemain tertutup oleh kerudung kain mereka bisa bergerak dengan leluasa dan tanpa merasa capek. Kondisi trance membuat gerakan bantengan menjadi lebih menarik danditunggu-tunggu penonton selain itu permainan dapat bertahan dalam waktu yanglama sampai berjam-jam dengan nuansa magis yang kuat
C.    Solah Macan
Gerakan tarian Macan atau yang biasa disebut solah macan biasanya lebih mengutamakan kuda-kuda, gerak kepala,cakaran dan koprol yang bersumber daripencak silat, sehingga pemain macanan harus bergerak lebih aktif dan tidak boleh melakukan gerakan berjalan seperti manusia.

D.    Solah Tarung Banteng Macan
Solah tarung Banteng Macan merupakan adegan pertemuan antara kebaikandan keburukan, pada saat itu biasanya Kera yang merupakan simbol sifat kikir akan ikut muncul mengambil dan memanfaatkan kesempatan. Banteng (simbol kebaikan) selalu menang dalam pertarungan melawan Macan(simbol keangkaramurkaan).Dalam gebyak Bantengan adegan pertarungan Banteng melawan Macan secara ringkas dapat digambarkan sebagai ketika Banteng bertemu Macan keduanya langsung saling menyerang. Banteng mengejar Macandan langsung menyerang dengan srudukan tanduknya, tetapi Macan berhasil meloncat menghindar dan menangkap tanduk Banteng.Banteng terus menekan dengan tenaganya yang besar hingga macan jatuh terlentangterkunci tanduk Banteng. Banteng yang marah kemudian melemparkan Macan. Macan yang merasa kalah menjauh ketakutan. Monyet(simbol sifat kikir) muncul di sela-sela kesempitan selama pertarungan untuk mengambil kesempatan yang mengungtungkannya.Solah Banteng Macan biasanya dilakukan pada awal-awal permainan  ketika kondisi pemain masih sadar, dengan gerakan yang luwes. Tetapi ketika keduanya trance terkadang malah menjadi shabat. Saling mendekat atau sibuk dengan gerakannya sendiri-sendiri.Sanggar Seni Bantengan Tri Tunggal memiliki tujuan untuk mengenalkan dan mengembangkan Seni Bantengan agar terusmaju dan dapat diterima masyarakat dengan modifikasi Seni Bantengan, tetapi masih berpedoman pada keaslian pakemnya.Demikian juga dengan sanggar-sanggar Seni Bantengan yang masih berkembang saat ini.Dengan adanya 13 Sanggar Seni Bantengan ini membuktikan bahwa kesadaran masyarakat Kabupaten Mojokerto masihpeduli dengan kesenian tradisional yang ada diMojokerto. Peran masyarakat Mojokerto dalam pelestarian budaya daerah ini, sangat membantu sekali kinerja pemerintah dalam pelestarian budaya daerah. Peningkatan perhatian dan peran serta pemerintah dalam program seni dan budaya yang diminati masyarakat, sangat mendorong berkembangnya apresiasi terhadap kemajemukan budaya terutama KabupatenMojokerto yang memiliki kesenian khas yangpatut untuk dibanggakan. Adanya festival Seni Bantengan Nusantara setiap tahunnya diBatu Jawa Timur, juga berperan penting dalam melestarikan Bantengan. Festival inimerupakan wadah untuk melestarikan seluruh kesenian Bantengan yang ada di Jawa Timur.
                     
v              Nilai-Nilai Moral Kesenian Bantengan
Kesenian Bantengan sebagai hasil warisan leluhur Kota Mojokerto dijadikantuntunan bagi masyarakat tentunya tidak lepasdari nilai-nilai yang terkandung didalamnyadan dijadikan pedoman oleh masyarakat dalam berkehidupan.Didalam kesenian Bantengan terdapat nilai religius maupun nilai sosial yang mampu menjadikan kesenian Bantengan sebagai seniyang bernilai luhur yang perlu kita lestarikan dan kembangkan sesuai perkembangan jaman tanpa meninggalkan nilai estetika dan etika. Kesenian Bantengan tidak semata-mata hanya hiburan dan ritual saja, tetapi kesenian Bantengan ini bila dikaji banyak nilai-nilai moral yang terkandung diantaranya:
1.     Nilai kebersamaan atau gotong royong tampak pada waktu seluruh pemain Bantengan saling bekerja sama dan gotong royong dalam mengadakan arak-arakan Bantengan keliling desa.
2.     Nilai keindahan tampak pada sajian pagelaran yang mengggunakan perlengkapan khas Jawa jadi terlihat indah,mulai dari gamelan, busana yang dipakai dan topeng. Selain itu keindahan juga terlihat diwaktu para pemain gamelan memainkan musik gamelan terdengar mengiringi gerakan para pemain Bantengan.
3. Nilai kebenaran tampak pada saat pemain benar-benar membawakan atau memainkankesenian Bantengan. Tampak saat pertarungan Banteng melawan macandalam perkelahiannya bisa mengalahkan para pemain macanan yang merupakan perwujudan Bangsa Kolonial yangmenjajah para kaum pribumi, ini berartibahwa kebenaran atau kebaikan pasti akanmengalahkan kejahatan.
4.     Nilai kebaikan, bahwa Bantengan dibuatuntuk mendidik kaum pribumi untuk menjadi pejuang dan mengalahkan para penjajah yang datang. Kemudian tampak pada saat pemain Bantengan yang berusaha mengalahkan pemain Macanan yang merupakan simbol dari penjajah.
5.  Nilai tanggung jawab, dari sifat seorang pendekar Bantengan sebagai pengendali Bantengan yang berusaha menendalikan gerakan Bantengan agar tetap terkontrol.
6.    Nilai religius, tampak dalam setiap do’ayang ditujukan kepada Tuhan Yang MahaEsa dalam hal apapun baik dalam latihan maupun pagelaran selalu memohonpertolongan kepada Sang Pencipta.
7.   Nilai kepercayaan, tampak pada masyarakat desa Claket khusunya pemaiankesenian Bantengan bahwa mereka percaya terhadap hal-hal ghoib. Mereka mempercayai adanya makhluk yangdiciptakan Allah SWT selain manusia,kemudian tampak pula dalam alur cerita yang mengingatkan bahwa manusia harus percaya kepada Allah SWT dan segala yang diciptakan termasuk setan dan jin.
8.   Nilai keburukan atau kejahatan tampak pada pemeran Macanan sebagai simbolpenajajah dan pemeran Kera yang bertugas sebagai penghasut antara Banteng dan Macan. Hal ini menyampaikan bahwa tindakan Macan dan Kera itu sangat tidak terpuji karena meresahkan masyarakat.Berdasarkan hasil pementasan kesenian Bantengan baik ketika di panggung maupun saat arak-arakan ditemukan adanyaTemuan tentang nilai-nilai moral memang bermanfaat bagi kebudayaan. Hal ini selaras dengan pendapat Liliweri yang menyatakan bahwa nilai merupakan sesuatu yang abstrak tentang tujuan budaya yang akan kita bangun bersama melalui bahasa, simbol, dan pesan-pesan verbal maupun nonverbal.

Nilai atau value mengandung pengertian sesuatu yang berharga. Sesuatu yang bernilai apabila memiliki nilai guna(memiliki keindahan) kebenaran atau kebaikan, misalnya sesuatu yang baik berarti memiliki nilai moral (nilai kebaikan). Nilai itu sesuatu yang abstrak, dapat dipikirkan,dipahami, dihayati, dijiwai, dan berhubungandengan cita-cita, harapan, keyakinan, hal-halyang bersifat batiniah dan bersifat ideal bukan faktual. Masyarakat dalam melakukan apaun hendaknya memohon kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang diimbangi dengan hati bersih dan suci. Hal ini yang juga bisa didapatkan dari kesenian Bantengan, selain itu juga mengingatkan bahwa di muka bumi ini manusia adalah makhluk Tuhan yang paling mulia, akan tetapi manusia juga harus menyadari bahwa Tuhan menciptakan banyak makhluk, diantaranya adalah makhluk ghoib yang harus kita akui keberadaanya. Kesenian Bantengan yang mengajarkan nilai-nilai moral membawa pengaruh positif terhadap kebudayaan ataupun moral manusia. Selaras dengan pendapat Budiningsih yang menyatakan bahwa kebudayaan akan mempengaruhi cepat lambatnya pencapaian tahap-tahap perkembangan moral dan juga mempengaruhi batas tahap perkembangan yang tercapai. Dengan kata lain, bahwa individu yang mempunyai latar budaya tertentu dapat berbeda perkembangan moral dipengaruhi oleh faktor kebudayaan.

v                 Peran Masyarakat Mojokerto Dalam Pelestarian Kesenian Bantengan
Setelah melalui beberapa kegiatan koordinasi dengan berbagai komponen masyarakat antara     lain, seniman, budayawan,penggiat, pemerhati seni Bantengan,agamawan, tokoh masyarakat, serta    berbagai instansi baik pemerintah maupun swasta, makadapat dikatakan bahwa Seni Bantengan  sangat disambut positif. Seni Bantengan adalah satu-satunya seni yang memang disukai  dan dibanggakan sebagai seni khas Kabupaten Mojokerto. Seni Bantengan dapat mengangkat citra  positif bagi Kabupaten Mojokerto.Potensi yang dimiliki oleh pemerintah Kabupaten Mojokerto  adalah aset budaya yang memiliki aneka ragam seni budaya tradisional.Utamanya seni pertunjukan salah satunya seni budaya Bantengan yang butuh penanganan serius untuk mengembangkannya, sehingga seni budaya tradisional tersebut mampu bangkit dari keterpurukan.Upaya penanganan seni budaya tradisional khususnya Bantengan yang serius dan strategis pengembangan yang profesional,diharapkan mampu menjadikan penanda identitas lokal Pemerintah Kabupaten Mojokerto. Hingga pada akhirnya dapat mendatangkan keuntungan ekonomis, baik bagi Pemerintah Kabupaten Mojokerto khususnya pada sektor pariwisata yang sekaligus dapat menunjang kenaikan PAD Kabupaten Mojokerto. Arah pengelolaan dan pengembangan seni khas Bantengan Kabupaten Mojokerto tidak hanya terbatas pada orientasi sektor pariwisata, peningkatan PAD, dan Devisa. Akan tetapi diharapkan juga mampu mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat, memperluas lapangan kerja, dan memperluas kesempatan berwirausaha. Selain itu juga harus mampu meningkatkan pengenalan dan pemasaran produk daerah khususnya kerajinan topeng Bantengan yangpada akhirnya akan meningkatkan tingkat kesejahteraan pengerajin Bantengan .Oleh karena itu pemasaran kerajinan seni budaya tradisioanl khususnya kerajinan topeng Bantengan dengan berbagai daya tariknya perlu ditingkatkan secara terprogram melalui kerja sama dengan berbagai pihak khususnya dalam rangka kegiatan promosi.Selain itu akan berjalan sukses jika dilaksanakan dengan terpadu dengan sarana dan prasarana pendukunya, termasuk upaya untuk melakukan inovasi dan tranformasi dengan memanfaatkan teknologi yang saat inisudah berkembang. Apabila seni Bantengan telah mendapatkan persetujuan dari berbagai pihak untuk ditetapkan sebagai ikon kesenian daerah. Pemerintah Kabupaten Mojokerto danbanyak diminati oleh masyarakat secara luas,maka hal ini akan berdampak pada tingkatkesejahteraan pelaku seni Bantengan itusendiri. Dampak dari kesenian Bantengan terhadap beberapa aspek seperti yang dikemukakan diatas yakni peningkatan kuantitas kerajinan Bantengan sekaligus mengatur pemasarannya, maka pada giliran berikutnya akan ada peningkatan penghasilan masyarakat. Dengan meningkatnya penghasilan masyarakat maka daya belimasyarakat secara relatif akan meningkat pula.

Gambar Kesenian Bantengan:
















0 komentar:

Posting Komentar